Home OPINI Bulgogi: Budaya Luar? Go Indonesia!

Bulgogi: Budaya Luar? Go Indonesia!

39
0
SHARE

Tiga setengah abad lamanya bangsa kita telah dijajah oleh negara lain. Spanyol, Portugis, Belanda, bahkan saudara sesama Asia yaitu Jepang juga ikut menjajah kita. Namun, berkat para pahlawan yang berjuang sekuat tenaga untuk kemerdekaan bangsa ini, sekarang kita dapat menghirup udara bebas kemerdekaan. Tentu penjajahan dan penjarahan yang dilakukan selama itu menimbulkan berbagai akibat. Salah satu akibat yang tidak terlalu tampak tetapi sangat berpengaruh pada kehidupan adalah adanya percampuran kebudayaan antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa penjajah. Sebagai contoh adalah musik keroncong yang bukan merupakan jenis musik orisinil Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh Darini (2012:19), jenis musik keroncong pada mulanya diperkenalkan oleh para budak bangsa Portugis yang memainkan musik tersebut sebagai sarana hiburan. 

Para penjajah yang tinggal di wilayah Nusantara selama bertahun-tahun tentu menyebarkan kebudayaan dan bahasa ibu mereka. Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan akulturasi kebudayaan dan penyerapan bahasa asing menjadi bahasa Indonesia. Tercampur aduknya budaya dan bahasa Indonesia dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang timbul dari akulturasi budaya adalah perubahan pola pikir masyarakat menjadi lebih modern, gaya arsitektur bangunan, dan olahan masakan seperti perkedel serta semur. Selain itu ada juga dampak negatif yang pada masa tersebut memang belum terlalu terasa akibat dari masuknya budaya asing ke dalam negeri karena budaya-budaya setempat juga masih sangat kental. Berbeda dengan masa sekarang ini, budaya asing yang masuk ke Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan dan keberlangsungan budaya-budaya lokal.

Globalisasi menjadi faktor utama yang menyebabkan bebas keluar masuknya suatu budaya. Arus globalisasi membuat berbagai budaya asing dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Terlebih lagi sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyaring dan memilah budaya asing mana yang cocok untuk masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat. Akibatnya banyak masyarakat Indonesia terutama anak-anak muda yang terpapar budaya barat atau yang kerap disebut dengan sebutan westernisasi. Pakaian anak muda menjadi minim layaknya orang barat, sifat mereka menjadi individualis dan konsumtif, serta maraknya pergaulan bebas. Sifat dan gaya hidup ini tidaklah cocok jika diterapkan di negara kita Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk dapat menyaring dan memilah mana budaya yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Di lain sisi, Korea Selatan berhasil memanfaatkan perkembangan globalisasi untuk mengenalkan kebudayaan mereka. Bahkan musik dan acara TV mereka sangat digemari oleh masyarakat dunia. Hal inilah yang disebut dengan strategi soft counter culture

Menurut Ardia (2014:16) strategi soft counter culture, adalah sebuah strategi yang digunakan untuk ”menjajah” secara halus melalui budaya. Tentu penjajahan dalam pengertian ini bukanlah merupakan perang yang akan menimbulkan korban jiwa. Penjajahan di sini berarti menggantikan posisi budaya lokal dengan budaya asing yang dalam kasus ini adalah dengan budaya Korea Selatan. Keuntungan dari penjajahan secara halus memang tidak terlihat langsung dan secara nyata seperti penjajahan pada masa kolonial dulu. Namun, penjajahan melalui kebudayaan bisa dikatakan sebuah investasi jangka panjang. Terdapat berbagai keuntungan yang akan diperoleh negara asal budaya dalam kasus ini adalah Korea Selatan. 

Keuntungan yang diperoleh Korea Selatan dengan pelaksanaan strategi soft counter culture adalah keuntungan secara finansial. Dengan banyaknya penggemar musik K-Pop dan drama Korea yang ada di Indonesia maupun seluruh negara di dunia akan menambah pendapatan negara Korea Selatan. Hal ini karena penjualan dari tiket konser K-Pop, pembelian cendera mata dari grup-grup idola maupun artis idola, dan pembelian DVD dari drama Korea favorit sebagian akan masuk ke dalam pendapatan negara. Melansir dari Kompas.com, salah satu boy group yang digandrungi oleh banyak orang yaitu BTS pada tahun 2019 silam menyumbang sebesar 4,65 miliar dollar AS terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan.  

Tak berhenti di musik saja, Korea Selatan juga memanfaatkan serial drama mereka untuk mengenalkan budaya dan sejarah negara. Dengan mendunianya drama Korea, membuat masyarakat dunia sangat mengenal kebudayaan Korea Selatan. Bahkan selain dikenalnya budaya dan sejarah mereka, drama Korea juga bisa meningkatkan keinginan turis luar negeri untuk berkunjung dan berwisata di Korea. Para penonton drama Korea secara tidak langsung akan timbul keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat yang muncul di drama dan juga mencicipi makanan-makanannya. Bahkan lebih jauh lagi, para penonton drama Korea bisa tertarik atau berminat untuk mempelajari bahasa Korea.

Kuatnya pengaruh budaya Korea di kancah dunia seharusnya membuat kita bangsa Indonesia tergerak untuk bisa seperti mereka. Masyarakat Korea tidak perlu khawatir lagi tentang lunturnya budaya atau dilupakannya sejarah negara mereka. Hal ini karena selain dikenal oleh masyarakat sendiri juga dikenal masyarakat internasional. Di lain sisi, negara-negara yang terkena imbas dari penjajahan halus Korea Selatan inilah yang harus khawatir. Termasuk Indonesia yang harus segera mengambil langkah agar budaya lokal Indonesia tidak luntur dan terganti oleh budaya luar. Padahal budaya yang terkandung di Indonesia ada banyak jumlahnya. Jangan sampai budaya-budaya yang ada di Indonesia berkurang karena terjajah oleh budaya asing. Banyaknya keuntungan dari penjajahan halus (soft counter culture) perlu dipertimbangkan dan dikaji lebih lanjut oleh pemerintah Indonesia. Sebab peran penting yang dapat menerapkan kebijakan untuk mendukung strategi tersebut adalah pemerintah. Hal ini sudah disadari dan diungkapkan oleh salah satu komedian kondang Indonesia yang mencalonkan diri dalam kontestasi DPD, yaitu Komeng. Ia memiliki visi untuk membuat budaya-budaya lokal Indonesia bisa tembus internasional dan dikenal banyak orang seperti budaya Korea Selatan yang dikenal dan disukai banyak orang.  

Oleh :  Naufal ItsnainAmirulazka (Manifestor 2023)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here