Home Uncategorized Sempat Turun Drastis, Akankah Terjadi Kenaikan Kurs Rupiah Usai Pemilu 2024?

Sempat Turun Drastis, Akankah Terjadi Kenaikan Kurs Rupiah Usai Pemilu 2024?

58
0
SHARE

Sekitar 2 pekan yang lalu, masyarakat Indonesia dikhawatirkan oleh nilai mata uang rupiah yang melemah hingga hampir menyentuh angka Rp. 16.000,00 dengan akurasi Rp. 15.836,00. Semua orang mempertanyakan mengapa hal ini dapat terjadi? Apa yang mendasari penurunan ini? Apakah akan terjadi inflasi besar-besaran? Semua hal tersebut melintas di setiap pemikiran masyarakat dan dilontarkan melalui pertanyaan. Hingga pada suatu titik, mayoritas masyarakat menyimpulkan bahwa rupiah yang anjlok disebabkan oleh ketidakcakapan pemerintah dan isu politik yang tidak stabil. Benarkah demikian?

Ekonomi merupakan suatu bidang yang pembahasannya begitu kompleks dan tidak dapat disimplifikasi. Untuk membahas isu penurunan kurs nilai mata uang rupiah, banyak sekali faktor yang mempengaruhi. Namun, pada dasarnya terdapat dua faktor yang mendasari, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Pada sisi eksternal, yang menjadi penyebab utama jatuhnya rupiah adalah karena kekhawatiran terhadap perekonomian di Amerika Serikat di mana terdapat data pasar yang menunjukan produk domestik bruto akan mengalami penurunan pertumbuhan pada kuartal keempat 2023. Hal tersebut menyebabkan banyak investor berspekulasi bahwa The Fed (The Federal Reserve System) akan mempertahankan suku bunga untuk jangka waktu yang panjang dan menyebabkan nilai US Dollar lebih tinggi dari nilai mata uang negara lainnya termasuk rupiah. 

Pada realitanya, data PDB atau produk domestik bruto yang keluar melebihi 2% dari perkiraan para ahli dan investor. Banyak orang menyimpulkan bahwa The Fed tidak akan memutus suku bunga Amerika Serikat dalam waktu singkat. Hal ini menyebabkan pemikiran impulsif banyak orang dari berbagai negara untuk memasukkan uangnya ke Amerika Serikat sehingga menyebabkan capital outflow di berbagai emergency country. Pada akhirnya, nilai mata uang Amerika Serikat semakin menguat. Selain Amerika Serikat, Bank Rakyat Tiongkok atau People’s Bank of China memangkas persyaratan untuk bank lokal di Indonesia hingga likuiditas mencapai 140 miliar USD. Langkah tersebut dilakukan China sebagai mitra bisnis Indonesia untuk memberikan stimulus dalam membantu pasar Tiongkok agar bangkit dari permasalahan ekonomi. 

Situasi perekonomian dunia yang tidak jelas ini menjadikan rupiah semakin terpojokkan. Apabila surplus neraca menipis, transaksi akan defisit, sehingga market akan menjadi negatif. Hal ini yang menjadi pengaruh nilai tukar rupiah terhadap US Dollar. Masuk pada faktor internal, realisasi investasi di Indonesia pada kuartal keempat 2023 mencapai 365,8 triliun, tumbuh 16,2% secara year on year. Realisasi investasi tersebut terdiri dari PMA (penanaman modal asing) dan PMDN (penanaman modal dalam negeri) yang menunjukkan pertumbuhan. Namun, menjelang pemilu 2024, kondisi politik tidak dapat dikatakan stabil. Hal ini menyebabkan para pemegang uang sentimen  tidak mendapatkan kepastian. 

Untuk menanggulangi permasalahan ini, pemerintah dapat mempertimbangkan beberapa langkah strategis untuk melakukan kebijakan moneter yang tepat. Langkah yang dapat dilakukan pemerintah adalah berintegrasi dengan Bank Indonesia untuk menyesuaikan suku bunga supaya dapat mengendalikan inflasi dan menarik investasi domestik atau asing. Tidak dapat dipungkiri bahwa investasi asing memang menjadi salah satu pemasukan yang menguntungkan bagi negara. Untuk mewujudkan tujuan dalam mendapatkan modal asing, maka negara sangat perlu menjalin kerjasama internasional untuk mempermudah kooperasi dalam berbisnis dan berniaga. Dengan adanya langkah tersebut, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi makro.

Selain berintegrasi dengan Bank Indonesia, pemerintah perlu membenahi tata kelola perekonomian di dalam negara. Hal tersebut dapat diimplementasikan dengan memperhatikan efisiensi alokasi anggaran biaya negara. Apabila anggaran biaya dapat tersebar secara merata, maka pengembangan sektoril seperti pertanian, pariwisata, dan teknologi otomatis meningkat secara progresif. Tentu saja untuk memutar roda perekonomian sektoral, peran masyarakat sebagai pelaku ekonomi perlu dimaksimalkan. Alokasi anggaran tersebut dapat memiliki andil dalam pengembangan sumber daya manusia supaya produk dalam negeri dari berbagai sektor memiliki kualitas yang bersaing dan meningkatkan persentase ekspor.  

Langkah terakhir yang tidak kalah penting adalah dengan mempertahankan stabilitas politik dan keamanan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Isu-isu politik yang berterbangan berdampak pada subjektifitas personal masing-masing orang. Efek dari berita atau informasi yang memiliki unsur politik adalah pada tingkat kepercayaan seseorang. Apalagi jika berita tersebut bersangkut paut dengan tokoh nasional dan unsur kekuasaan. Sehingga, masyarakat tidak percaya untuk memutar uangnya di dalam negeri dengan anggapan prosedur yang akan dilalui kurang kredibel. Maka dari itu, situasi aman dan netral pada dunia politik juga sangat menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. 

Sesuai dengan JISDOR pada Jumat (16/2), kurs nilai mata uang rupiah mencapai Rp. 15.654,00 per USD dan lebih kuat apabila dibandingkan dengan Kamis (15/2) yang mencapai Rp. 15.606,00 per USD. Hal ini menunjukkan interval yang cukup terlihat dari hari ke hari setelah masa pemilu. Perekonomian di Indonesia sangat bergantung pada sentimen dan isu-isu yang beredar. Apabila suasana dan iklim politik kondusif, maka begitu pula dengan sektor ekonomi. Selain itu, memperhatikan tingkat krusial pertumbuhan ekonomi, pemerintah serta masyarakat Indonesia perlu mengembangkan berbagai sektor untuk meningkatkan keuangan negara dalam sirkulasi ekonomi dunia. 

Karya : Kirana Cahya Qolbi (Manifestor 2023)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here