Home TAJUK Rangkaian Pertama PenyelenggaraanRAJA Brawijaya Harus Menjadi Perbaikan

Rangkaian Pertama PenyelenggaraanRAJA Brawijaya Harus Menjadi Perbaikan

177
0
SHARE
Pelaksanaan Open Ceremony RAJA BRAWIJAYA Hari Pertama di Lapangan Rektorat (Sumber: Raynaldi)

Rangkaian Acara Jelajah Almamater Brawijaya (RAJA Brawijaya) yang telah diselenggarakan selama tiga hari pada akhirnya ditutup pada Rabu sore (16/08/2023). Di dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tingkat universitas yang dilakukan secara full luring itu, mahasiswa baru (maba) diperkenalkan dengan berbagai aspek kehidupan kuliah yang akan mereka hadapi hingga mendapatkan gelar sarjana sesuai dengan keilmuan yang mereka pilih. 

Meski secara umum pelaksanaan RAJA Brawijaya tahun ini diikuti dengan antusiasme maba karena dilakukan sepenuhnya secara luring, pelaksanaan RAJA Brawijaya 2023 tidak luput dari berbagai permasalahan dan polemik yang menjadi viral dan diperbincangkan oleh berbagai kalangan, baik itu di antara mahasiswa baru dan mahasiswa lama Universitas Brawijaya (UB), bahkan oleh masyarakat luas di luar civitas academica UB seperti dari orang tua maba dan masyarakatumum.

Dalam hal penugasan misalnya, terdapat beberapa penugasan yang dinilai memberatkan para maba, salah satunya penugasan papermob. Banyak maba mengeluhkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mencetak kertas ukuran A3 yang nantinya menjadi atribut utama dalam penampilan papermob. Selain itu, pemberian tugas papermob terkesan dilakukan secara mendadak dan kurang persiapan karenadiinformasikan kurang dari satu hari. Hingga pada akhirnyapenugasan yang mestinya ditampilkan pada hari pertama RAJA Brawijaya itu diundur pelaksanaannya pada saat gelaran Open House.

Menurut Press Release yang dikeluarkan panitia mahasiswa, dikatakan terdapat pembatalan anggaran (pendanaan) untukkeperluan papermob oleh Rektorat, sehingga panitiamembebankan biaya papermob kepada maba. Alhasil banyakmaba yang mengeluh karena harus merogoh kocek dalamjumlah yang tidak sedikit. Kondisi itu tentu memprihatikan, karena pnugasannya mendadak dan harus dibiayai mandiri, pelaksanaannya pun juga diundur. 

Meski tidak semua maba menjadi peserta papermob, tetapipenugasan itu nampak kurang persiapan yang matang, terlebihlagi panitia yang terkesan memaksakan pelaksanaanpembuatan paperrmob meskipun tidak mampu secarapendanaan. Sehingga maba adalah pihak yang menjadikorban. Apabila sudah tahu pendanaan papermob dibatalkan, maka agenda papermob juga harus ditiadakan, atau minimal mengganti dengan kegiatan yang tidak menguras kantongmaba.

Menilik dari program pemerintah mengenai green campus, green life, green future, penugasan papermob tentu dirasa tidak selaras. Program ini membahas tentang penanganan limbah dan kegiatan daur ulang seperti kebijakan untuk mengurangi penggunaan kertas dan plastik di kampus. Penugasan papermob yang merupakan penggunaan kertas secara besar-besaran dapat mengurangi eksistensi Universitas Brawijaya sebagai green campus itu sendiri. 

Selain masalah biaya dan program kampus yang tidak selaras, peredaran informasi penugasan yang simpang siur dan membingungkan juga dikeluhkan oleh para maba. Masalah yang sebenarnya sudah berusaha diantisipasi oleh panitia RAJA Brawijaya dengan cara menyatu-pintukan arus informasi melalui situs resmi RAJA Brawijaya ini nyatanya masih banyak terjadi karena mahasiswa baru sering kali langsung mempercayai dan menyebarkan unggahan yang beredar di media sosial, seperti twitter, tanpa menunggu konfirmasi dari panitia RAJA Brawijaya. Akibatnya, berbagai informasi penugasan dengan isi yang berbeda pun tersebar luas dan membingungkan maba.

Isu lain yang melingkupi pelaksanaan RAJA Brawijaya pada tahun 2023 ini ialah berkaitan dengan mobilisasi mahasiswa, khususnya pada mobilisasi keluar. Pelaksanaan RAJA Brawijaya yang pada tahun ini secara full luring berarti panitia harus bekerja ekstra untuk mengatur arus mobilisasi 15.488 maba dalam waktu singkat.

Mobilisasi yang terlalu sore menyebabkan sejumlah maba muslim tidak sempat menunaikan salat ashar. Apalagi, tidak ada sesi khusus bagi maba untuk menunaikan salat ashar sebagaimana saat siang hari. Untuk mengatasi hal ini, panitia di beberapa venue sebenarnya memberikan kesempatan salat di venue. Namun, di venue-venue lain, panitia menginstruksikan maba untuk salat di rumah atau kos masing-masing terlepas dari waktunya yang sudah mendekati waktumaghrib, ditambah pula kondisi jalan sekitar UB yang sangat macet. Hal ini patut disayangkan karena maba ada yang tidakbisa menjalankan salat sesuai waktu yang semestinya.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi bisa jadi disebabkan oleh persiapan yang kurang matang akibat timeline yang mepet dan panitia RAJA Brawijaya tahun ini hanya memiliki lebih sedikit waktu persiapan daripada tahun sebelumnya. Selain itu, penyelenggaraan full luring untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun sebelumnya full daring dan hybrid sehingga membutuhkan tenaga lebih ekstra dari pantiia mahasiswa maupun panitia dosen. 

Dibalik semua itu, alangkah baiknya jika panitia seharusnya dapat memprediksi potensi-potensi permasalahan yang terjadi, sebab masalah-masalah atau gangguan-gangguan, semisal penyebaran informasi simpang siur, kemacetan, serta sambut maba saat mobilisasi sebenarnya merupakan isu yang juga terjadi pada penyelenggaraan RAJA Brawijaya pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga seharusnya dapat dicegah agar tidak terulang.

Berbagai permasalahan yang terjadi selama tiga hari RAJA Brawijaya 2023 ini tentunya tidak boleh dipandang sebagai angin lalu semata, melainkan harus menjadi bahan evaluasi yang serius sehingga tidak lagi terjadi pada acara-acara serupa, termasuk pula dalam gelaran ospek fakultas dan ospek jurusan yang akan dilakukan pada beberapa waktu ke depan.

PKKMB adalah sarana pengenalan dan Pendidikan yang dikemas melalui kegiatan yang mengedukasi dan menyenangkan, sehingga tidak relevan apabila harus adakegiatan yang memboroskan biaya dalam jumlah banyak yang berkaitan dengan hal-hal formalistik dan eksistensial.

Misalnya pembuatan papermob dan instruksi membawaatribut seperti sandal dan tootebag berwarna biru yang harusdiseragamkan kepada seluruh maba juga nampak tidakrelevan. Sulit ditemukan alasan yang urgen dan manfaat yang pasti mengenai pemberian instruksi semacam itu, malah yang berkesan adalah harus merogoh kocek untuk membeli barang-barang yang semestinya tidak perlu dibeli. Karena hal itubukan esensi dari penyelenggaraan PKKMB.

Oleh : Redaksi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here