Home Film RESENSI FILM : TURNING RED

RESENSI FILM : TURNING RED

822
0
SHARE

Judul : Turning Red
Produser : Lindsey Collins
Sutradara : Dome Shi
Pemain : Rosalie Chiang (Meilin Mei Lee), Sandra Oh (Ming Lee), Ava
Morse (Miriam Mendelsohn), Maitreyi Ramakrishnan (Priya),
Hyein Park (Abby), Orion Lee (Jin Lee), Wai Ching Ho
(Grandma), Tristan Allerick Chen (Tyler), Addie Chandler
(Devon)
Durasi : 1 jam 40 menit
Penulis naskah : Domee Shi
Waktu penayangan : 11 Maret 2022

Turning Red adalah salah satu film animasi produksi Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studios dengan Walt Disney Studios Motion Pictures sebagai distributornya. Domee Shi sebagai sutradara perempuan pertama yang menggarap film animasi di Pixar telah mengeksekusi film ini sangat baik dan relate dengan keadaan para remaja pada umumnya. Film ini mengisahkan tentang kehidupan Mei, seorang remaja perempuan yang memiliki teman baik dan menjadi penggemar boyband, namun disisi lain juga terus dituntut untuk berbakti kepada orang tua. Gadis berusia 13 tahun itu dikenal sangat berprestasi dan memiliki kepercayaan diri yang juga sangat tinggi. Sejalan dengan kisah sang penulis yang merupakan keturunan China-Kanada, Turning Red mengambil latar di Toronto, Kanada, dengan keluarga Mei sebagai keturunan China yang membuka kuil untuk para turis di sana.

Suatu pagi, saat bangun dari tidurnya, Mei tiba-tiba bertransformasi menjadi panda merah raksasa, yang mana hal itu tentu saja membuat Mei sangat terkejut. Mengetahui kepanikan yang dialami putrinya, sontak Ming, ibu Mei, turut panik dan mengira bahwa Mei sudah memasuki masa pubertas dimana dia mengalami menstruasi. Namun, kesalahpahaman Ming tidak bertahan lama, pasalnya saat dia membuat keributan karena membuntuti Mei ke sekolah, Ming mendapati anaknya yang merasa sangat malu dan marah terhadap perbuatannya itu, melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa yang sedang dialami Mei bukanlah menstruasi, melainkan kemampuan turun-temurun dari leluhur yang selama ini disembunyikan oleh keluarganya. Mendapati tubuhnya yang sekali lagi berubah menjadi panda merah raksasa, Mei langsung meninggalkan sekolahnya dan menuju rumah dengan terburu-buru dan panik hingga
menyebabkan beberapa kerusakan akibat tubuhnya yang besar itu.


Sejarah panda merah pada keluarga Mei dimulai ketika Sun Yee, leluhur mereka, meminta para dewa memberikan kekuatan kepadanya untuk melindungi anak-anak dan rakyatnya. Di bawah bulan merah, dewa memberikan Sun Yee kemampuan untuk berubah menjadi panda merah. Kemampuan itu kemudian diturunkan kepada putrinya hingga saat ini menurun juga kepada Mei. Mendengar putrinya yang kesal atas apa yang
terjadi terhadapnya, Ming mencoba menenangkan Mei dengan mengatakan bahwa terdapat cara untuk mengatasi permasalahan itu.

Dalam film ini, Domee Shi mengemas konflik dengan hati-hati sehingga tidak terkesan menghakimi karakter tertentu. Karakter Mei yang sangat kuat sebagai pemeran utama pun tidak membunuh karakter lain, karakter Mei dapat berpadu secara harmonis apabila disandingkan dengan karakter lain, yang mana hal itu menjadi nilai tambah dari Turning Red. Jalan cerita yang tidak berbelit-belit ditambah dengan pengusungan konsep budaya Tionghoa juga menambah daya tarik tersendiri bagi film ini.

Namun, di samping itu panda merah dan unsur budaya sebagai nilai jual utama Turning Red terasa kurang memberikan kesan yang maksimal terhadap film itu. Penambahan unsur-unsur fantasi dalam film dirasa hanya sebagai formalitas semata.


Film ini sejatinya menceritakan tentang persoalan remaja saat mengalami masa pubertas, termasuk tentang bagaimana remaja mulai mencari jati dirinya. Turning Red dapat menjadi film pilihan keluarga dikala senggang. Banyak pesan moral yang disampaikan melalui dalam setiap scene-nya. Alurnya yang sederhana dan animasi yang apik membuat para penontonnya bersantai namun juga tidak merasa bosan. Selain itu, kisah yang berlatar kehidupan sehari-hari ini dapat menjadi cerminan dan edukasi bagi penonton, baik anak-anak, remaja, hingga dewasa sekalipun, mengenai bagaimana penonton dapat menjalani kehidupan yang diinginkan dengan tidak mengabaikan tanggung jawab atas tugas dan kewajibannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here